MATERI
MASA PENGENALAN LINGKUNGAN SEKOLAH (MPLS)
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
MATERI I
ARTI DAN MAKNA WAWASAN WIYATA
MANDALA
A.
WAWASAN
:
Suatu pandangan atau
sikap yang mendalam terhadap suatu hakikat. Wiyata : Pendidikan Mandala :
Tempat atau lingkungan Wiyata mandala adalah sikap menghargai dan bertanggung
jawab terhadap lingkungan sekolah sebagai tempat menuntut ilmu pengetahuan.
Unsur- unsur wiyata mandala:
1. Sekolah
merupakan lingkungan pendidikan
2. Kepala
sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh atas penyelenggaraan
pendidikan dalam lingkungan sekolah.
3. Antara
guru dan orang tua siswa harus ada saling pengertian dan kerjasama erat untuk
mengemban tugas pendidikan (hubungan yang serasi)
4. Warga
sekolah di dalam maupun di luar sekolah harus menjunjung tinggi martabat dan
citra guru.
5. Sekolah
harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya dan mendukung antar warga.
B.
SEKOLAH
DAN FUNGSINYA
Sekolah
merupakan tempat penyelenggaraan PBM, menanamkan dan mengembangkan berbagai
nilai, ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan. Sekolah merupakan lembaga
pendidikan formal tempat berlangsungnya PBM untuk membina dan mengembangkan:
1. Ilmu
pengetahuan dan teknologi
2. Pandangan
hidup/kepribadian
3. Hubungan
antara manusia dengan lingkungan atau manusia dengan Tuhannya
4. Kemampuan
berkarya.
C.
FUNGSI
SEKOLAH
Fungsi
sekolah adalah sebagai tempat masyarakat belajar karena memiliki aturan/tata
tertib kehidupan yang mengatur hubungan antara guru, pengelola pendidikan siswa
dalam PBM untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dlam suasana
yang dinamis.
D. CIRI-CIRI SEKOLAH SEBAGAI
MASYARALAT BELAJAR
1. Ada
guru dan siswa, timbulnya PBM yang tertib
2. Tercapainya
masyarakat yang sadar, mau belajar dan bekerja keras.
3. Terbentuknya
manusia Indonesia seutuhnya.
E.
PRINSIP
SEKOLAH
Sekolah
sebagai Wiyata Mandala selain harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya, juga
harus mencegah masuknya faham sikap dan perbuatan yang secara sadar ataupun
tidak dapat menimbulkan pertentangan antara sesama karena perbedaan suku,
agama, asal/usul/keturunan, tingkat sosial ekonomi serta perbedaan paham
politik. Sekolah tidak boleh hidup menyendiri melepaskan diri dari tantangan
sosial budaya dalam masyarakat tempat sekolah itu berada. Sekolah juga menjadi
suri teladan bagi kehidupan masyarakat sekitarnya, serta mampu mencegah
masuknya sikap dan perbuatan yang akan menimbulkan pertentangan. Untuk itu
sekolah memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Sekolah
sebagai wadah/lembaga yang memberikan bekal hidup. Dalam hal ini sekolah
seharusnya bukan hanya sekedar lembaga yang mencetak para intelektual muda
namun lebih dari itu sekolah harus menjadi rumah kedua yang memberikan
pelayanan dan pengalaman tentang hidup, mulai dari berorganisasi, bermasyarakat
(bersosialisasi), pendidikan lingkungan hidup (PLH) atau bahkan pengalaman
hidup yang sesungguhnya.
2. Sekolah
sebagai institusi tempat peserta didik belajar dibawah bimbingan pendidik.
Bimbingan lebih dari sekedar pengajaran. Dalam bimbingan peran pendidik berubah
dari seorang pendidik menjadi seorang orangtua bahkan menjadi seorang kakak.
3. Sekolah
sebagai lembaga dengan pelayanan yang adil/merata bagi stakeholdernya. Hal
tersebut bisa berupa pemerataan kesempatan mendapatkan transfer of knowledge,
maupun transfer of experience, dengan tanpa membedakan baik dari segi kemampuan
ekonomi, kemampuan intelegensia, dan juga kemampuan fisik (gagasan sekolah
inklusi).
4. Sekolah
sebagai lembaga pengembangan bakat dan minat siswa. Prinsip ini sejalan dengan
teori multiple intelligence (Howard Gardner) yang memandang bahwa kecerdasan
intelektual bukanlah satu-satunya yang perlu diperhatikan oleh lembaga
pendidikan, terutama sekolah. Kemampuan bersosialisasi, kemampuan kinestik,
kemampuan seni dan kemampuan-kemampuan lainnya juga perlu diperhatikan secara
seimbang.
5. Sekolah
sebagai lembaga pembinaan potensi di luar intelegensi. Peningkatan kemampuan
intelektual, emosional maupun kemampuan-kemampuan lainnya mendapat perhatian
yang seimbang.
6. Sekolah
harus memberikan perhatian serius untuk mengembangkan kemampuan emosional dan
sosial, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi, kemampuan bekerjasama dalam
kelompok, dan lain- lain.
7. Sekolah
sebagai wahana pengembangan sikap dan watak. Sikap sederhana, jujur, terbuka,
penuh toleransi, rela berkomunikasi dan berinteraksi, ramah tamah dan
bersahabat, cinta negara, cinta lingkungan, siap bantu membantu khususnya
kepada yang kurang beruntung merupakan sikap dan watak yang perlu dibentuk di
dalam lingkungan sekolah.
8. Sekolah
sebagai wahana pendewasaan diri. Di dalam dunia yang berubah begitu cepat,
salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki tiap peserta didik adalah
kompetensi dasar: belajar secara mandiri. Dengan proses pendewasaan yang
diberikan di sekolah, pendidik tidak lagi perlu menjejali pemikiran peserta
didik dengan perintah. Lebih dari itu peserta didik akan mendapatkan sesuatu
yang jauh lebih besar ketika ia mencari dan mendapatkan apa yang ia butuhkan
untuk hidupnya.
9. Sekolah
sebagai bagian dari masyarakat belajar (learning society). Sekolah bukan hanya
sebagai tempat pembelajaran bagi peserta didik, namun juga seharusnya sekolah
mampu menjadi pusat pembelajaran bagi masyarakat di lingkungan sekitar.
F.
PENGGUNAAN
SEKOLAH
Sekolah
sebagai suatu lembaga pendidikan yang diperuntukan sebagai tempat proses
kegiatan belajar mengajar, tidak diperbolehkan dijadikan sebagai tempat :
1. .
Ajang promosi /penjualan produk-produk perniagaan yang tidak berhubungan dengan
pendidikan.
2. Sekolah
merupakan lingkungan bebas rokok bagi semua pihak.
3. Penyebaran
aliran sesat atau penyebarluasan aliran agama tertentu yang bertentangan dengan
undang-undang.
4. Propaganda
politik/kampanye.
5. Shooting
film dan atau sinetron tanpa seijin Pemerintah Daerah.
6. Kegiatan-kegiatan
yang dapat menimbulkan kerusakan, perpecahan, dan perselisihan, sehingga
menjadikan suasana sekolah tidak kondusif.
G.
PENATAAN
WIYATA MANDALA DALAM UPAYA KETAHANAN SEKOLAH
1. Ketahanan
sekolah lebih menitikberatkan pada upaya-upaya yang bersifat preventif.
2. Untuk
menjadikan sekolah sesuai dengan tujuan dan fungsinya, perlu dilakukan penataan
Wiyata Mandala di sekolah melalui langkah-langkah :
a. Meningkatkan
koordinasi dan konsolidasai sesama warga sekolah untuk dapat mencegah sedini
mungkin adanya kegiatan dan tindakan yang dapat mengganggu proses belajar
mengajar.
b. Melaksanakan
tata tertib sekolah secara konsisten dan berkelanjutan.
c. Melakukan
koordinasi dengan Komite sekolah dan pihak keamanan setempat untuk
terselenggaranya ketahanan sekolah.
d. Mengadakan
penyuluhan bagi orangtua dan siswa yang bermasalah
e. Mengadakan
penyuluhan dan pembinanan kesadaran hukum bagi siswa.
f. Pembinaan
dan pengembangan keimanan, ketaqwaan, etika bermoral Pancasila, kepribadian
sopan santun dan berdisiplin.
g. Pengembangan logika para siswa, rajin belajar, gairah
menulis, gemar membaca/ informasi/penemuan para ahli.
h. Mengikutsertakan
siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri.
i.
Mengadakan karya wisata dalam rangka
pengembangan iptek.
H.
TUGAS,
WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB KEPALA SEKOLAH DALAM HAL PELAKSANAAN WIYATA MANDALA
Kepala Sekolah sebagai
pimpinan utama, bertugas dan bertanggung jawab memimpin penyelenggaraan belajar
mengajar serta membina pendidik dan tenaga kependidikan serta membina hubungan
kerja sama dan peran serta masyarakat. Kepala Sekolah dalam melaksanakan
penataan Wiyata Mandala di sekolah, dengan melakukan kegiatan- kegiatan :
1. Melaksanakan
program-program yang telah disusun bersama Komite Sekolah.
2. Menyelenggarakan
musyawarah sekolah yang melibatkan pendidik, OSIS, Komite Sekolah, tokoh
masyarakat serta pihak keamanan setempat.
3. Menertibkan
lingkungan sekolah baik yang berbentuk perangkat keras (sarana prasarana) dan
perangkat lunak (peraturan- peraturan, tata tertib, tata upacara dan lain
lain).
4. Mengadakan
pertemuan baik rutin maupun insidentil yang bersifat intern sekolah (kepala
sekolah, pendidik, orangtua siswa, siswa).
5. Menyelenggarakan
kegiatan yang dapat menunjang ketahanan sekolah seperti PKS, Pramuka, PMR,
Paskibraka, kesenian dan sebagainya.
I.
MEKANISME
DALAM PELAKSANAAN WIYATA MANDALA
Dalam rangka
pelaksanaan Wiyata Mandala perlu upaya penang-gulangan secara dini setiap
permasalahan yang timbul sehingga dapat menghilangkan dampak negatifnya, yaitu
dilaksanakan secara terpadu, bertahap dan berlanjut sebagai berikut :
1. Tahap
Preventif Upaya untuk meniadakan peluang-peluang yang dapat memungkinkan
terjadinya kasus-kasus negatif di sekolah, melalui antara lain :
a. Memelihara
sekolah, dan lingkungan sekolah serta menciptakan kebersihan dan ketertiban
agar siswa merasa nyaman dan menyenangkan dan tidak ada tempat tertentu yang
dijadikan siswa untuk hal-hal negatif.
b. Menciptakan
suasana yang harmonis antara pihak pendidik/staf dan siswa serta penduduk di
sekitar sekolah.
c. Membentuk
jaring-jaring pengawasan/kontrol dan razia terhadap kegiatan siswa di
lingkungan sekolah.
d. Menghilangkan
bentuk-bentuk perpeloncoan pada saat MOS.
e. Meminimalisir
keterlibatan kelompok maupun perorangan dalam kegiatan sekolah.
f. Mengisi
jam-jam kosong dengan pelajaran atau kegiatan ekstra lainnya.
g. Meningkatkan
kegiatan ekstra kurikuler pada masa awal/akhir semester dan masa liburan
sekolah.
h. Peningkatan
keamanan dan ketertiban khususnya pada saat berangkat/ usai sekolah.
2. Tahap
Represif Upaya untuk menindak siswa yang telah melanggar peraturan-peraturan
dan tata tertib sekolah. Upaya Represif seperti
a. Mendamaikan
para pihak yang terlibat perselisihan berikut orangtua/pendidik pembinanya.
b. Membatasi
areal tempat terjadinya aksi.
c. Menetralisir
isu-isu yang berkembang dan mencegah
timbulnya isu-isu baru.
d. Berkoordinasi
dengan pihak keamanan apabila terdapat pihak luar sekolah yang melanggar
keamanan, ketertiban dan perbuatan kriminalitas di lingkungan sekolah.
e. Mengungkap
lebih lanjut keterlibatan pihak luar sekolah atas kasus yang timbul dan menyelesaikan
secara hukum.
f. Mengikutsertakan
para ahli untuk mengadakan bimbingan dan penyuluhan.
g. Memberikan
sanksi sesuai tata tertib yang berlaku.
MATERI II
MATERI MPLS PRAMUKA
Kata
"Pramuka" merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang memiliki
arti Orang Muda yang Suka Berkarya.
"Pramuka"
merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi; Pramuka Siaga
(7-10 tahun), Pramuka Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16-20 tahun)
dan Pramuka Pandega (21-25 tahun).
Sedangkan
yang dimaksud "Kepramukaan" adalah proses pendidikan di luar
lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan
menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam
terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran
akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah
sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan
perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Sejarah
Gerakan Pramuka atau Kepanduan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1923 yang
ditandai dengan didirikannya (Belanda) Nationale Padvinderij Organisatie (NPO)
di Bandung. Sedangkan di tahun yang sama, di Jakarta didirikan (Belanda) Jong
Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO).
Gerakan
Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka:
1. memiliki
kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat
hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan
hidup, sehat jasmani, dan rohani;
2. menjadi
warga negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang
dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab
atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup
dan alam lingkungan.
a. Gerakan
Pramuka berlandaskan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
1) Iman
dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Peduli
terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya
3) Peduli
terhadap dirinya pribadi
4) Taat
kepada Kode Kehormatan Pramuka
b. Metode
Kepramukaan merupakan cara belajar interaktif progresif melalui:
1) pengamalan
Kode Kehormatan Pramuka;
2) belajar
sambil melakukan;
3) kegiatan
berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
4) kegiatan
yang menarik dan menantang;
5) kegiatan
di alam terbuka;
6) kehadiran
orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan;
7) penghargaan
berupa tanda kecakapan; dan
8) satuan
terpisah antara putra dan putri;
MATERI III
MATERI KESADARAN BERBANGSA DAN
BERNEGARA
Di
era globalisasi ini banyak tantangan memang bagi negeri kita, namun kesadaran
berbangsa dan bernegara sudah selayaknya rakyat dan pemerintah untuk bersama
sama memberikan pemahaman bagi rakyatnya, khususnya kaum muda. Pemerintah ikut
bertanggung jawab mengemban amanat untuk memberikan kesadaran berbangsa dan
bernegara bagi warganya, bila rakyat bangsa Indonesia sudah tidak memiliki
kesadaran berbangsa dan bernegara, maka ini merupakan bahaya besar bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara, yang mengakibatkan bangsa ini akan jatuh ke
dalam kondisi yang sangat parah bahkan jauh terpuruk dari bangsa-bangsa yang
lain yang telah mempersiapkan diri dari gangguan bangsa lain.
Mengingat
kondisi bangsa kita sekarang, merupakan salah satu indikator bahwa warga bangsa
Indonesia di negeri ini telah mengalami penurunan kesadaran berbangsa dan
bernegara. Hal ini bisa kita lihat dari berbagai daerah sering bergejolak
diantaranya tawuran antar warga, perkelaian pelajar, ketidakpuasan terhadap
hasil pilkada, perebutan lahan pertanian maupun tambang, dan lain- lain.
Kesadaran Berbangsa dan Bernegara mempunyai makna bahwa individu yang hidup dan
terikat dalam kaidah dan naungan di bawah Negara Kesatuan RI harus mempunyai
sikap dan perilaku diri yang tumbuh dari kemauan diri yang dilandasasi
keikhlasan/kerelaan bertindak demi kebaikan Bangsa dan Negara Indonesia.
Berbagai
masalah yang berkaitan dengan kesadaran berbangsa dan bernegara sebaiknya
mendapat perhatian dan tanggung jawab kita semua. Sehingga amanat pada UUD 1945
untuk menjaga dan memelihara Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia serta
kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan.
Hal
lain yang dapat mengganggu kesadaran berbangsa dan bernegara di tingkat pemuda
yang perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya kesadaran dan
kepekaan sosial di tingkat pemuda, padahal banyak persoalan-persoalan
masyarakat yang membutuhkan peranan pemuda untuk membantu memediasi masyarakat
agar keluar dari himpitan masalah, baik itu masalah sosial, ekonomi dan
politik, karena dengan terbantunya masyarakat dari semua lapisan keluar dari
himpitan persoalan, maka bangsa ini tentunya menjadi bangsa yang kuat dan tidak
dapat di intervensi oleh negara apapun, karena masyarakat itu sendiri yang
harus disejahterakan dan jangan sampai mengalami penderitaan. Di situ pemuda
telah melakukan langkah konkrit dalam melakukan bela negara.
Kesadaran
bela negara adalah dimana kita berupaya untuk mempertahankan negara kita dari
ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang berdasarkan
atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara juga dapat menumbuhkan rasa
patriotisme dan nasionalisme di dalam diri masyarakat. Upaya bela negara selain
sebagai kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung jawab dan rela berkorban
dalam pengabdian kepada negara dan bangsa. Keikutsertaan kita dalam bela negara
merupakan bentuk cinta terhadap tanah air kita.
Nilai-nilai
bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya dalam kehidupan masyarakat
berbangsa dan bernegara antara lain:
1.
CINTA
TANAH AIR
Negeri yang luas dan kaya akan
sumber daya ini perlu kita cintai. Kesadaran bela negara yang ada pada setiap
masyarakat didasarkan pada kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita dapat
mewujudkan itu semua dengan cara kita mengetahui sejarah negara kita sendiri,
melestarikan budaya-budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan pastinya
menjaga nama baik negara kita.
2.
KESADARAN
BERBANGSA DAN BERNEGARA
Kesadaran berbangsa dan
bernegara merupakan sikap kita yang harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang
selalu dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat
mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian antar perorangan atau antar
kelompok dan menjadi anak bangsa yang berprestasi baik di tingkat nasional
maupun internasional.
3.
PANCASILA
Ideologi kita warisan
dan hasil perjuangan para pahlawan sungguh luar biasa, pancasila bukan hanya
sekedar teoritis dan normatif saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman yang
ada di Indonesia yang memiliki beragam budaya, agama, etnis, dan lain-lain.
Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat mematahkan setiap ancaman, tantangan,
dan hambatan.
4.
RELA
BERKORBAN UNTUK BANGSA DAN NEGARA
Dalam wujud bela negara
tentu saja kita harus rela berkorban untuk bangsa dan negara. Contoh nyatanya
seperti sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras untuk
bisa mengharumkan nama negaranya walaupun mereka harus merelakan untuk
mengorbankan waktunya untuk bekerja sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet
bukan hanya menjadi seorang atlet saja, mereka juga memiliki pekerjaan lain. Begitupun
supporter yang rela berlama-lama menghabiskan waktunya antri hanya untuk
mendapatkan tiket demi mendukung langsung para atlet yang berlaga demi
mengharumkan nama bangsa.
5.
MEMILIKI
KEMAMPUAN BELA NEGARA
Kemampuan bela negara
itu sendiri dapat diwujudkan dengan tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja
keras dalam menjalani profesi masing-masing.
Kesadaran bela negara
dapat diwujudkan dengan cara ikut dalam mengamankan lingkungan sekitar seperti
menjadi bagian dari Siskamling, membantu korban bencana sebagaimana kita
ketahui bahwa Indonesia sering sekali mengalami bencana alam, menjaga
kebersihan minimal kebersihan tempat tinggal kita sendiri, mencegah bahaya
narkoba yang merupakan musuh besar bagi generasi penerus bangsa, mencegah
perkelahian antar perorangan atau antar kelompok karena di Indonesia sering
sekali terjadi perkelahian yang justru dilakukan oleh para pemuda, cinta
produksi dalam negeri agar Indonesia tidak terus menerus mengimpor barang dari
luar negeri, melestarikan budaya Indonesia dan tampil sebagai anak bangsa yang
berprestasi baik pada tingkat nasional maupun internasional.
Apabila kita
mengajarkan dan melaksanakan apa yang menjadi faktor-faktor pendukung kesadaran
berbangsa dan bernegara sejak dini, yakni dengan mengembalikan sosialisasi
pendidikan kewarganegaraan di sekolah-sekolah, juga sosialisasi di
masyarakat,niscaya akan terwujud.. Pada pendidikan kewarganegaraan ditanamkan
prinsip etik multikulturalisme, yaitu kesadaran perbedaan satu dengan yang lain
menuju sikap toleran yaitu menghargai dan mengormati perbedaan yang ada.
Perbedaan yang ada pada etnis dan religi sudah harusnya menjadi bahan perekat
kebangsaan apabila antar warganegara memiliki sikap toleran.
Nasionalisme adalah
sikap mencintai bangsa dan negara sendiri. Nasionalisme terbagi atas ;
a. Nasionalisme
dalam arti sempit, yaitu sikap mencintai bangsa sendiri secara berlebihan
sehingga menggap bangsa lain rendah kedudukannya, nasionalisme ini disebut juga
nasionalisme yang chauvinisme, contoh Jerman pada masa Hitler.
b. Nasionalisme
dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara sendiri dan menggap
semua bangsa sama derajatnya. Hans Kohn dalam bukunya Nationalism its meaning
and history mendivinisikan nasionalisme sebagai berikut :
Suatu
paham yang berpendapat bahwa kesetiaan individu tertinggi harus diserahkan pada
negara. Perasaan yang mendalam akan ikatan terhadap tanah air sebagai tumpah
darah.
Ada
tiga hal yang harus kita lakukan untuk membina nasionalisme Indonesia :
a. Mengembangkan
persamaan diantara suku-suku bangsa penghuni nusantara
b. Mengembangka
sikap toleransi
c. Memiliki
rasa senasib dan sepenanggungan diantara sesama bangsa Indonesia
Empat
hal yang harus kita hidari ndalam memupuk sermangat nasionalisme adalah :
a. Sukuisme,
menganggap msuku bangsa sendiri paling baik.
b. Chauvinisme,
mengganggap bangsa sendiriu paling unggul.
c. Ektrimisme,
sikap mempertahankan pendirian dengan berbagai cara kalau perlu dengan
kekerasan dan senjata.
d. Provinsialisme,
sikap selalu berkutat dengan provinsi atau daerah sendiri.
Sikap
patriotisme bangsa indonesia telah dimulai sejak jaman penjajahan, dengan
banyaknya pahlawan pahlawan yang gugur dalam rangka mengusir penjajah seperti
Sultan Hasanudin dari Makasar, Pangeran Diponogoro dari Jawa tengah, Cut Nyak Dien Tengku Umar dari
Aceh dll. Sikap patriotis memuncak setelah proklamasi kemerdekaan pada periode
perjuangan fisik antara tahun 1945 sampai 1949 yaitu periode mempertahankan
negara dari keinginan Belanda untuk kembali menjajah Indonesia.
Sikap
patriotisma adalah sikap sudi berkorban segala-galanya termasuk nyawa sekalipun
untuk mempertahankan dan kejayaan negara. Ciri-ciri patriotisme adalah:
a. Cinta
tanah air.
b. Rela
berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c. Menempatkan
persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan.
d. Berjiwa
pembaharu.
e. Tidak
kenal menyerah dan putus asa.
Implementasi
sikap patriotisme dalam kehidupan sehari hari :
a. Dalam
kehidupan keluarga ; Menyaksikan film perjuangan, Membaca buku bertema
perjuangan, dan Mengibarkan bendera merah putih pada hari-hari tertentu.
b. Dalam
kehidupan sekolah ; Melaksanakan upacara bendera, mengkaitkan materi pelajaran
dengan nilaiu-nilai perjuangan, belajar dengan sungguh- sungguh untuk kemajuan.
c. Dalam
kehidupan masyarakat ; Mengembangkan sikap kesetiakawanan sosial di
lingkungannya, Memelihara kerukunan diantara sesama warga.
d. Dalam
kehidupan berbangsa ; Meningkatkan persatuan dan kesatuan, Melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945, Mendukung kebijakan pemerintah, Mengembangkan kegiatann
usaha produktif, Mencintai dan memakai produk dalam negeri, Mematuhi peraturan
hukum, Tidak main hakim sendiri, Menghormati, dan menjungjung tinggi supremasi
hukum, Menjaga kelestarian lingkungan.
MATERI IV
MATERI CARA BELAJAR EFEKTIF
Belajar
yang efektif adalah proses belajar mengajar yang berhasil guna, dan proses
pembelajaran itu mampu memberikan pemahaman, kecerdasan, ketekunan, kesempatan
dan mutu / kualitas yang lebih baik serta dapat memberikan perubahan perilaku
dan dapat diaplikasikan atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
hasil dari pembelajaran itu akan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang
unggul.
Dan
untuk mencapai belajar yang efektif tentu saja dalam proses belajarnya harus
dilakukan dengan baik dan benar. Berikut ini adalah tips-tips belajar yang baik
dan benar :
1.
BELAJAR
KELOMPOK
Belajar
kelompok dapat menjadi kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan karena
ditemani oleh teman dan berada di rumah sendiri sehingga dapat lebih santai.
Namun sebaiknya tetap didampingi oleh orang dewasa seperti kakak, paman, bibi
atau orang tua agar belajar tidak berubah menjadi bermain. Belajar kelompok ada
baiknya mengajak teman yang pandai dan rajin belajar agar yang tidak pandai
jadi ketularan pintar. Dalam belajar kelompok kegiatannya adalah membahas
pelajaran yang belum dipahami oleh semua atau sebagian kelompok belajar baik
yang sudah dijelaskan guru maupun belum dijelaskan guru.
2.
RAJIN
MEMBUAT CATATAN INTISARI PELAJARA
Bagian-bagian
penting dari pelajaran sebaiknya dibuat catatan di kertas atau buku kecil yang
dapat dibawa kemana-mana sehingga dapat dibaca di mana pun kita berada. Namun
catatan tersebut jangan dijadikan media mencontek karena dapat merugikan kita
sendiri.
3.
MEMBUAT
PERENCANAAN YANG BAIK
Untuk
mencapai suatu tujuan biasanya diiringi oleh rencana yang baik. Oleh karena itu
ada baiknya kita membuat rencana belajar dan rencana pencapaian nilai untuk
mengetahui apakah kegiatan belajar yang kita lakukan telah maksimal atau perlu
ditingkatkan. Sesuaikan target pencapaian dengan kemampuan yang kita miliki.
Buat rencana belajar yang diprioritaskan pada mata pelajaran yang lemah.
Buatlah jadwal belajar yang baik.
4.
DISIPLIN
DALAM BELAJAR
Apabila
kita telah membuat jadwal belajar maka harus dijalankan dengan baik. Contohnya
seperti belajar tepat waktu dan serius tidak sambil main-main dengan
konsentrasi penuh. Jika waktu makan, mandi, ibadah, dan sebagainya telah tiba
maka jangan ditunda-tunda lagi. Lanjutkan belajar setelah melakukan kegiatan
tersebut jika waktu belajar belum usai. Bermain dengan teman atau game dapat
merusak konsentrasi belajar. Sebaiknya kegiatan bermain juga dijadwalkan dengan
waktu yang cukup panjang namun tidak melelahkan jika dilakukan sebelum waktu
belajar. Jika bermain video game sebaiknya pilih game yang mendidik dan tidak
menimbulkan rasa penasaran yang tinggi ataupun rasa kekesalan yang tinggi jika
kalah.
5.
MENJADI
AKTIF BERTANYA DAN DITANYA
Jika
ada hal yang belum jelas, maka tanyakan kepada guru, teman atau orang tua. Jika
kita bertanya biasanya kita akan ingat jawabannya. Jika bertanya, bertanyalah
secukupnya dan jangan bersifat menguji orang yang kita tanya. Tawarkanlah pada
teman untuk bertanya kepada kita hal-hal yang belum dia pahami. Semakin banyak
ditanya maka kita dapat semakin ingat dengan jawaban dan apabila kita juga
tidak tahu jawaban yang benar, maka kita dapat membahasnya bersama-sama dengan
teman.
6.
BELAJAR
DENGAN SERIUS DAN TEKUN
Ketika
belajar di kelas dengarkan dan catat apa yang guru jelaskan. Catat yang penting
karena bisa saja hal tersebut tidak ada di buku dan nanti akan keluar saat
ulangan atau ujian. Ketika waktu luang baca kembali catatan yang telah dibuat
tadi dan hapalkan sambil dimengerti. Jika kita sudah merasa mantap dengan suatu
pelajaran maka ujilah diri sendiri dengan soal-soal. Setelah soal dikerjakan
periksa jawaban dengan kunci jawaban. Pelajari kembali soal-soal yang salah
dijawab.
7.
HINDARI
BELAJAR BERLEBIHAN
Jika
waktu ujian atau ulangan sudah dekat biasanya kita akan panik jika belum siap.
Jalan pintas yang sering dilakukan oleh pelajar yang belum siap adalah dengan
belajar hingga larut malam / begadang atau membuat contekan. Sebaiknya ketika
akan ujian tetap tidur tepat waktu karena jika bergadang semalaman akan membawa
dampak yang buruk bagi kesehatan, terutama bagi anak-anak.
8.
JUJUR
DALAM MENGERJAKAN ULANGAN DAN UJIAN
Hindari
mencontek ketika sedang mengerjakan soal ulangan atau ujian. Mencontek dapat
membuat sifat kita curang dan pembohong. Kebohongan bagaimanapun juga tidak
dapat ditutup-tutupi terus-menerus dan cenderung untuk melakukan kebohongan
selanjutnya untuk menutupi kebohongan selanjutnya. Anggaplah dengan nyontek
pasti akan ketahuan guru dan memiliki masa depan sebagai penjahat apabila kita
melakukan kecurangan.
9.
JADILAH
SEORANG PEMIMPIN. LATIHLAH RASA TANGGUNG JAWABMU.
Apabila
guru meminta bantuanmu untuk mengerjakan sesuatu misalnya membersihkan kelas,
jangan ragu untuk menerimanya. Ajak beberapa teman kelas dan pimpin mereka
untuk membersihkan kelas bersama-sama.
10. MENDENGARKAN PENJELASAN GURU DENGAN
BAIK.
Jawablah
setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru apabila kamu mengetahui jawabannya.
Jangan menunggu guru untuk memanggil kamu untuk menjawab pertanyaan.
11. JANGAN MALU UNTUK BERTANYA.
Selalu
ajukan pertanyaan kepada guru apabila tidak mengerti tentang sesuatu hal.
12. KERJAKAN PR
Kerjakan
PR dengan baik, jangan selalu mencari alasan untuk tidak mengerjakannya. Jangan
malas mengerjakan PR dengan alasan lupa atau menunda-nunda mengerjakannya. Enak
kan kalau kita cepat mengerjakan PR, jadi masih punya banyak waktu untuk
bermain dan nonton TV deh!
13. SELALU MENGULANG PELAJARAN YANG
SUDAH DIAJARKAN
Setiap
pulang dari sekolah, selalu mengulang pelajaran yang tadi diajarkan. Nanti
sewaktu ada ulangan jadi tidak banyak yang harus dipelajari! Asyik!
14. CUKUP ISTIRAHAT, MAKAN DAN BERMAIN
Semuanya
dilakukan secara berimbang. Setelah pulang sekolah, kita sering ingin
cepat-cepat bermain dan melupakan segala hal penting lainnya, contohnya makan
dan istirahat. Padahal setelah seharian di sekolah, tak terasa badan kita
membutuhkan masukan energi tambahan yang bisa didapatkan dari istirahat dan
makanan yang kita makan. Oleh karenanya kita harus dapat membagi waktu untuk
makan, istirahat dan bermain. Kalau semuanya dilakukan dengan baik, badan jadi
segar setiap hari! Jadi tidak sering mengantuk di kelas!
15. BANYAK BERLATIH PELAJARAN YANG
KURANG DISUKAI
Apabila
kamu tidak menyenangi suatu mata pelajaran, contohnya matematika, maka
banyak-banyaklah berlatih, mengikuti kursus atau belajar berkelompok dengan
teman. Sehabis belajar bisa bermain dan menambah teman baru di tempat kursus.
Selain itu, siapa tahu dari kurang menyukai matematika, kalian malahan
menyukainya.
16. IKUTILAH KEGIATAN EKTRAKURIKULER
YANG KAMU SENANGI
Cari
tahu kegiatan apa yang cocok dan kamu suka. Contohnya apabila kalian suka
pelajaran tae kwon do, cobalah untuk mengikuti kursus dari kegiatan tersebut,
sehingga selain belajar pelajaran-pelajaran yang diajarkan di sekolah, kalian
juga dapat mendapatkan pelajaran tambahan di luar sekolah.
17. CARI SEORANG PEMBIMBING YANG BAIK
Orangtua
adalah pembimbing yang terbaik selain guru. Apabila ada yang kurang jelas dari
keterangan guru di sekolah, kalian dapat menanyakan hal tersebut kepada orang
tua. Selain itu, kalian juga dapat belajar dari teman yang berprestasi.
18. JANGAN SUKA MENCONTEK TEMAN
Kalau
mencontek, kamu bisa bodoh karena tidak berpikir sendiri. Lagipula belum tentu,
teman yang kamu contek itu menjawab pertanyaan dengan benar. Belum lagi kalau
ketahuan guru dan teman lain, malu kan? Kalau kamu rajin belajar, pasti bisa
menjawab semua pertanyaan dengan benar sehingga ulangan dapat nilai baik.
19. NIAT DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH
Kalau
belajar tidak sungguh-sungguh ataupun tidak niat, yang ada malah pikiran kita
melayang kemana-mana. Entah itu tentang makanan, games, lawan jenis, dll. Oleh
sebab itu, belajar yang baik dimulai dengan niat yang sungguh- sungguh.
20. LOKASI DAN SITUASI YANG KONDUSIF
Jikalau
kita belajar, tidak mungkin kalau kita lakukan di tengah jalan raya? Ataupun
ketika kita sedang makan. Cara yang paling efektif untuk belajar adalah mencari
tempat yang nyaman dan tidak terlalu banyak gangguan agar kita bisa lebih
konsentrasi.
21. HINDARI SIKAP TIDAK JUJUR
Sekarang
ini banyak siswa membuat catatan untuk mencontek saat ada ulangan atau ujian.
Dengan belajar dengan jadwal yang teratur seorang murid akan selalu siap jika
ada ulangan dadakan dan tidak perlu mencontek.
22. METODE IMITASI
Proses
belajar bisa berjalan dengan sempurna melalui metode imitasi atau meniru.
Metode ini di realisasikan ketika seorang meniru orang lain atau gurunya,
metode ini sering di gunakan anak kecil untuk melafal kata bahasa dari orang
tuanya, Begitu juga jika ia meniru berbagai perilaku,etika dan tradisi
23. TRIAL AND ERROR
Manusia
juga belajar dari eksperimen pribadi.dia akan berusaha secara mandiri untuk
memecahkan masalah yang di hadapi.terkadang beberapa kali dia melakukan
kesalahan dalam memecahkan masalah, namun dia juga beberapa kali mencoba untuk
melakuakan kembali. Sampai pada akhirnya dia mampu untuk menyelesaikan
permasalahan dengan benar.
24. CONDITIONING
Manusia
bisa belajar dengan pengkondisian. Seseorang di katakan belajar dengan
pengkondisian jika ada stimulun dari indrawi yang merangsangnya. Ketika itulah
seseorang menanggapi stimulus tersebut. Tanggapan yang ia berikan ialah suatu
respon yang juga di barengkan dengan stimulus netral. Kemudian respon menyertai
stimulus netral itu akan di ulang beberapa kali.
Setelah
di lakukan pengulangan beberapa kali, kita akan menjumpai bahwa stimulus netrsl
bisa memberikan respon dengan sendirinya sekalipun stimulus indrawi sudah tidak
ada lagi.contoh klasi yang dilakukan psikolog Rusia Ivan pavlov dalam
experimennya yang cukup masyur. Dia membunyikan lonceng (stimulus netral) pada
waktu dia meletakkan sedikit makanan di mulut anjing (indrawi).biasanya, jika
makanan itu di letakkan di deapn mulut anjing maka anjing tersebut akan
meneteskan air liur (respon).dengan demikian air liur berbarengan dengan bunyi
lonceng.
Ketika
hal ini di ulangi beberapa kali, maka peneliti mencoba untuk membunyikan
lonceng tanpa meletakkan makanan pada mulut anjing tersebut. Maka hasilnya
anjing tersebut tetap meneteskan air liur ketika ia mendengar suara lonceng,
sebuah respon baru yang belum pernah dialami oleh anjing. Sekarang anjing
tersebut merespon bunyi lonceng dengan meneteskan air liurnya.padahal sebelum
di lakukan eksperimen anjing tersebut tidak meneteskan air liur kalau hanya
mendengar bunyi lonceng.
25. METODE BERPIKIR
Proses
belajar juga bisa berjalan sempurna dengan melalui metode berpikir, dengan
metode ini seseorang sering kali mampu menyelesaikan masalah hidupnya, dia akan
memilki kesamaan dan apa saja yang tidak memiliki kemiripan. Dengan demikian
dia akan bisa menarik kesimpulan, dengan pilihan tersebut. Maka pada kuncinya
berilah anak-anak kita pertanyaan yang menurut dia mudah, dengan demikian anak
tersebut akan selalu belajar dan berpikir.
26. MULAILAH DARI YANG “KECIL”
Mulailah
belajar dari topik yang paling anda kuasai / gampang. Setelah itu barulah
dilanjutkan dengan topik yang lebih “menantang”. Hal ini dimaksudkan agar kita
tidak langsung down dan putus asa jika mengerjakan soal-soal sulit terlebih
dahulu.
27. SERING-SERINGLAH “PRACTICE”
Latihan
dan latihan itulah kunci untuk mahir dalam suatu mata pelajaran. Semakin banyak
anda mengerjakan dan memahami soal semakin terbiasa pula anda dalam
mengerjakannya.
28. FOKUS
Ketika
belajar, kita dituntut untuk serius. Jangan setengah hati. Karena pikiran kita
tidak dapat melakukan / memikirkan beberapa kegiatan / hal dalam satu waktu.
29. MOHON BIMBINGAN-NYA
Jangan
lupa banyak-banyak berdoa. Karena selain dari nilai religi-nya, hal tersebut
dapat membuat kita lebih fokus ketika belajar dan dapat membuat pikiran kita
lebih tenang.
30. MENGGUNAKAN MEDIA DAN SUMBER-SUMBER
YANG RELEVAN
Jika
kita hanya menggunakan 1 buku sebagai bahan patokan untuk belajar. Apapun hasil
yang kita dapat belum tentu maksimal. Untuk itulah, cobalah untuk mencari-cari
hal yang terkait kita pelajari dengan menggunakan Sumber dan Media yang sudah
ada. Kita bisa mencarinya dengan menggunakan Internet, Koran, Buku lain,
Majalah, dan lain-lain. Tentu kita juga tidak mau ilmu yang kita dapat hanya
segitu saja karena hanya mempunyai 1 buku atau sumber yang tidak lengkap. Untuk
itulah, Sumber dan Media hanyalah sebagai pelengkap dalam belajar yang baik dan
benar.
MATERI V
MATERI PENDIDIKAN KARAKTER
Pengertian
Pendidikan Karakter Menurut Ahli
Penguatan
pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter (character
education) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral
yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa
meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja,
kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan
obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah
sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu
betapa pentingnya pendidikan karakter.
Menurut
Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral
(moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga
komponen ini dapat dinyatakanbahwa karakter yang baikdidukung oleh pengetahuan
tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan
kebaikan. Bagan di bawah ini merupakan bagan kterkaitan ketiga kerangka pikir
ini.
1.
Pendidikan
Karakter Menurut Lickona
Secara
sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang
dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Tetapi untuk mengetahui
pengertian yang tepat, dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan karakter
yang disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona menyatakan bahwa pengertian
pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang
sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang
inti.
2.
Pendidikan
Karakter Menurut Suyanto
Suyanto
(2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.
3.
Pendidikan
Karakter Menurut Kertajaya
Karakter
adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas
tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu
tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak,
bersikap, berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya, 2010).
4.
Pendidikan
Karakter Menurut Kamus Psikologi
Menurut
kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis
atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan
sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982: p.29).
Nilai-nilai
dalam pendidikan karakter
Ada
18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu , Religius, Jujur, Toleransi,
Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat
Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat/komunikatif, Cinta
Damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli sosial, Tanggung jawab.
Pendidikan
karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam rangka mempersiapkan
generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara,
tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter
dapat diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to
foster optimal character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh
dimensi kehidupan sekolah/madrasah untuk membantu pembentukan karakter secara
optimal.
Pendidikan
karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat
tercapai. Di antara metode pembelajaran yang sesuai adalah metode keteladanan,
metode pembiasaan, dan metode pujian dan hukuman.
Karakter
adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk
hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat
keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia
buat.Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.
Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan,
kepribadian dan akhlak mulia.
Amanah
UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk
insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter,
sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan
karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.
Pendidikan
yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah
dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni; intelligence plus character… that is
the goal of true education (kecerdasan yang berkarakter… adalah tujuan akhir
pendidikan yang sebenarnya).
Memahami
Pendidikan Karakter
Pendidikan
karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut
Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan
efektif.
Dengan
pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan,
seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal
penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan
lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk
tantangan untuk berhasil secara akademis.
Terdapat
sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu:
a. Karakter
cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya
b. Kemandirian
dan tanggungjawab
c. Kejujuran/amanah,
diplomatis
d. Hormat
dan santun
e. Dermawan,
suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama;
f. Percaya
diri dan pekerja keras
g. Kepemimpinan
dan keadilan
h. Baik
dan rendah hati, dan
i.
Karakter toleransi, kedamaian, dan
kesatuan.
Kesembilan
pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik
menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good.
Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja.
Setelah knowing the good harus ditumbuhkan feeling loving the
good, yakni bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine yang
bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan. Sehingga tumbuh
kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta dengan
perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka acting the
good itu berubah menjadi kebiasaan.
Dasar
pendidikan karakter ini, sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang
biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia
ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam
mengembangkan
potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas
kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan
30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau
akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai
dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter
anak.
Namun
bagi sebagian keluarga, barangkali proses pendidikan karakter yang sistematis
di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak pada
rutinitas yang padat. Karena itu, seyogyanya pendidikan karakter juga perlu
diberikan saat anak-anak masuk dalam lingkungan sekolah, terutama sejak play
group dan taman kanak-kanak. Di sinilah peran guru, yang dalam filosofi Jawa
disebut digugu lan ditiru, dipertaruhkan. Karena guru adalah ujung tombak di
kelas, yang berhadapan langsung dengan peserta didik.
Dampak
Pendidikan Karakter
Apa
dampak pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik? Beberapa penelitian
bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini. Ringkasan dari beberapa penemuan
penting mengenai hal ini diterbitkan oleh sebuah buletin, Character Educator,
yang diterbitkan oleh Character Education Partnership.
Dalam
buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari
University of Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa
sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan
pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam
pendidikan karakter menunjukkan adanya penurunan drastis pada perilaku negatif
siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.
Sebuah
buku yang berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins,
et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh
positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa
ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah.
Faktor-faktor
resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi
pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan
bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.
Hal
itu sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di
masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20
persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah
dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak
dapat mengontrol emosinya.
Anak-anak
yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak
ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang
berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja
seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan
sebagainya.
Beberapa
negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak pendidikan dasar di
antaranya adalah; Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Hasil penelitian di
negara-negara ini menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter yang
tersusun secara sistematis berdampak positif pada pencapaian akademis.
Seiring
sosialisasi tentang relevansi pendidikan karakter ini, semoga dalam waktu dekat
tiap sekolah bisa segera menerapkannya, agar nantinya lahir generasi bangsa
yang selain cerdas juga berkarakter sesuai nilai-nilai luhur bangsa dan agama.
MATERI VI
MATERI TATA KRAMA SISWA
Tata
krama atau adat sopan santun atau sering disebut etiket telah menjadi bagian
dalam hidup, contoh; pada waktu Anda masih kanak-kanak, orang tua Anda sudah
melatih Anda menerima pemberian orang dengan tangan sebelah kanan dengan mengucapkan
terima kasih. Orang tua Anda melatih Anda cara makan, minum, menyapa, memberi
hormat dan berpakaian. Lama kelamaan perilaku Anda menjadi kebiasan. Tata krama
adalah kebiasaan, yang lahir dalam hubungan antar manusia. Tata krama yang
semula berlaku dalam lingkungan terbatas lama kelamaan dapat merambabt ke
lingkungan yang lebih luas. Tata krama telah menjadi bagian dari pergaulan
sehari-hari. Jadi dapat disimpulkan bahwa tata kram adalah kebiasaan sopan
santun yang dispakati dalam lingkungan pergaulan antara manusia setempat.....
Tata
krama terdiri atas kata tata dan krama. Tata berarti adat, aturan, norma,
peraturan. Krama berarti sopan santun, kelakuan, tindakan, perbuatan. Tata
krama berarti adat sopan santun, kebiasaan sopan santun. Dalam pergaulan sehari-hari
sering kita jumpai manusia dengan type kedondong yaitu orang yang berpenampilan
menarik dalam berpakaian, berbicara, makan, minum, dan berjalan. Namun
penampilan itu hanyalah polesan saja. Ternyata hatinya dikuasai oleh
sifat-sifat tak terpuji, suka dendam, egois, suka menyakiti hati. Ada juga
manusia yang bertype durian, penampilan tidak menarik, kasar, dan tidak
mengundang simpati, namun berhati emas, rendah hati, suka memaafkan, suka
menolong dan menghargai orang lain.
Kulit
durian memang tajam dan kasar, tetapi buah durian terasa enak kalau dimakan.
Makna tata krama yang sesungguhnya bukanlah seperti kedondong yang licin
kulitnya dan masam rasanya, demikian pula makna tata krama bulanlah seperti
durian yang tajam tapi enak rasanya. Kedua-duanya sama merugikan.
Macam-macam
tata krama:
1. Tata
krama pergaulan
a. Komunikasi
sebagai sifat alami manusia
b. Komunikasi
dan tata krama pergaulan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan.
Ada
beberapa kunci pokok yang perlu dicamkan dalam masalah komunkasi:
a. Perlakuan
orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan.
b. Setiap
orang mempunyai perbedaan-perbedaan perorangan tidak ada kembar satu telur yang
sama.
c. Kenal
dulu baru sayang, makin kenal makin sayang, tak kenal makin tak sayang.
2. Tata
krama berkenalan
Kedua belah pihak
saling menyebutkan nama, saling memandang, berjabatan tangan, tidak
mengayun-ayunkan tangan.Tata karma bertamu Hendaknya berjanji dahulu dan datang
tepat waktu.Tata krama berbicara
a. Berkata
peliharalah lidah, jangan menyinggung perasaan
b. Jangan
memotong pembicaraan orang lain
c. Perhatikan
Anda berbicara dengan siapa
3. Tata
krama berpenampilan
a. Cara
menggunakan pakaian
1) Kalau
pakai seragam sekolah harus dimasukkan pakai dasi sabuk hitam (seragam putih
abu-abu)
2) Pada
waktu olahraga pakailah pakaian dan olahraga §
3) Memakai
pakaian harus cocock denagn situasi dan tempat
b. Cara
berjalan bersama
1) Laki-laki
harus melindungi wanita
2) Kalau
ada dua wanita dan satu pria, pria berjalan di sisi yang berdekatan dengan lalu
lintas
3) Kalau
ada dua pria dan satu wanita, wanita ada di tengah.
c. Tata
cara makan
1) Cicipilah
makan dan minuman dengan tidak bersuara.
2) Jika
batuk pada waktu makan tutupi mulut.
3) Berdoa
sebelum makan.
d. Tata
cara menggunakan fasilitas umum
1) Buang
sampah pada tem patnya
2) Jagalah
kebersihan baik di dalam kelas maupun di sekitar halaman.
3) Taman
umum harus ikut kita jaga kebersihannya.
4) Sopan
berkendara di jalan.
e. Kebiasaan
merokok....
MATERI VII
MATERI KURIKULUM 2013
Tahap
pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 meliputi:
1.
Kegiatan
Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. mengondisikan
suasana belajar yang menyenangkan.
b. mendiskusikan
kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya berkaitan dengan
kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan;
c. menyampaikan
kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari; dan
d. menyampaikan
garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan.
e. menyampaikan
lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan
2.
Kegiatan
Inti
Kegiatan inti merupakan
proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi, yang dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan pendekatan saintifik
yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan peserta didik.
Guru memfasilitasi
peserta didik untuk melakukan proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/
mencoba, menalar /mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Dalam setiap kegiatan
guru harus memperhatikan perkembangan sikap peserta didik pada kompetensi dasar
dari KI-1 dan KI- 2 antara lain mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti, kerja
sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang
tercantum dalam silabus dan RPP.
3.
Kegiatan
Penutup Kegiatan penutup terdiri atas:
a. Kegiatan
guru bersama peserta didik yaitu:
1) membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
2) melakukan
refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan; dan
3) memberikan
umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
f. Kegiatan
guru yaitu:
1) melakukan
penilaian;
2) merencanakan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan,
layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan
3) menyampaikan
rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Daya
Dukung Proses pembelajaran memerlukan daya dukung berupa ketersediaan sarana dan
prasarana pembelajaran. Sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan,
media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan. prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi,
ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah,
tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain.
ASPEK PENILAIAN
PENGETAHUAN
Aspek
pengetahuan merupakan aspek yang ada di dalam materi pembelajaran untuk menmbah
wawasan siswa di suatu bidang. Di dalam struktur kurikulum ini,jenjang SD
memiliki pengetahuan sebanyak 20% dan 80% aspek karakter,jenjang SMP memiliki
bobot pengetahuan 40% dan 60% aspek karakter,dan jenjang SMA memiliki bobot
pengetahuan 80% dan 20% aspek karakter. Pada Kurikulum 2013 memang diintergrasikan
dengan pendidikan karakter yang sebelumnya telah dicanangkan pemerintah sebelum
terbentuknya kurikulum ini.
1.
Keterampilan
Aspek
keterampilan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
membuat,melaksanakan,dan mengerjakan suatu soal atau proyek sehingga siswa
dapat terlatif sifat ilmiah dan karakter yang merujuk pada aspek keterampilan.
Aspek keterampilan dapat berupa keterampilan pengerjaan soal,keterampilan
pengerjaan dan pelaksanaan proyek,keterampilan membuat teks,dan keterampilan
dalam menjawab soal lisan.
2.
Sikap
dan Perilaku
Aspek
penilaian sikap dan perilaku merupakan aspek penilaian dengan menilai sikap dan
perilaku peserta didik selama proses pembelajaran. Aspek penilaian ini dinilai
oleh guru dalam jurnal harian,teman sejawat dalam sebuah lembaran nilai,dan
diambil oleh diri masing-masing siswa.
MATERI VIII
MATERI MOS PEMBINAAN MENTAL AGAMA
DI SEKOLAH
Pendidikan
dimanapun dan kapanpun masih dipercaya orang sebagai media ampuh untuk
membentuk kepribadian anak ke arah kedewasaan. Pendidikan agama adalah unsur
terpenting dalam pendidikan moral dan pembinaan mental. Pendidikan moral yang
paling baik sebenarnya terdapat dalam agama karena nilai-nilai moral yang dapat
dipatuhi dengan kesadaran sendiri dan penghayatan tinggi tanpa ada unsur
paksaan dari luar, datangnya dari keyakinan beragama. Karenanya keyakinan itu
harus dipupuk dan ditanamkan sedari kecil sehingga menjadi bagian tidak
terpisahkan dari kepribadian anak sampai ia dewasa. Melihat dari sini,
pendidikan agama di sekolah mendapat beban dan tanggung jawab moral yang tidak
sedikit apalagi jika dikaitkan dengan upaya pembinaan mental remaja. Usia
remaja ditandai dengan gejolak kejiwaan yang berimbas pada perkembangan mental
dan pemikiran, emosi, kesadaran sosial, pertumbuhan moral, sikap dan
kecenderungan serta pada akhirnya turut mewarnai sikap keberagamaan yang dianut
(pola ibadah).
Pada
usia remaja, ditinjau dari aspek ideas and mental growth, kekritisan dalam
merangkum pemikiran-pemikiran keagamaan mulai muncul, kekritisan yang dimaksud
bisa berupa kejenuhan atau kebosanan dalam mengikuti uraian- uraian yang
disampaikan guru Agama di sekolah apalagi jika metodologi pengajaran yang
disampaikan cenderung monoton dan berbau indoktrinasi. Jadi mereka telah mulai
menampilkan respon ketidak sukaan terhadap materi keagamaan yang dipaketkan di
sekolah. Sebenarnya akar permasalahan yang timbul dari kekurang senangan remaja
terhadap paket materi pelajaran keagamaan di sekolah terletak pada minimnya
motivasi untuk mendalami agama secara lebih intens, yang lebih sederhana lagi
ialah pelajaran agama yang mereka dapat di sekolah kurang memberikan aplikasi
dan solusi praktis dalam keseharian mereka. Apalagi waktu mereka lebih banyak
dihabiskan dengan nonton teve, jalan-jalan ke mall, ngeceng, pacaran dan
hal-hal lain meski banyak juga remaja kita yang melakukan aktifitas positif
seperti remaja mesjid, berwiraswasta atau ikut organisasi eskul sekolah serta
mengikuti kursus-kursus keterampilan.
Jawaban
dari permasalahan diatas adalah kembali pada sosok guru agama sebagai tauladan
dan sumber konsentrasi remaja yang menjadi peserta didiknya. Mampukah ia
menjadikan dirinya termasuk masalah materi serta metodologi yang dipergunakan
sebagai referensi utama bagi peserta didiknya yang seluruhnya remaja itu dalam
mengembangkan sikap keberagamaan yang tidak sekedar merasa memiliki agama
(having religion) melainkan sampai kepada pemahaman agama sebagai comprehensive
commitment dan driving integrating motive, yang mengatur seluruh kehidupan seseorang
dan merupakan kebutuhan primer yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sehingga
nantinya remaja-remaja tersebut merasakan ibadah sebagai perwujudan sikap
keberagamaan intrinsik tersebut sama pentingnya atau malah lebih penting
dibanding nonton teve, jalan-jalan, hura-hura dan lain sebagainya.
Satu
hal penting lainnya yang tidak boleh diabaikan oleh para guru Agama di sekolah
ialah materi pelajaran agama yang disampaikan di sekolah hendaknya selalu
diorientasikan pada kepentingan remaja, seorang guru Agama harus bisa
menanamkan
keyakinan bahwa apa-apa yang ia sampaikan bukan demi kepentingan sekolah
(kurikulum) atau kepentingan guru Agama melainkan demi kepentingan remaja itu
sendiri. Karenanya pemahaman akan kondisi objektif kejiwaan remaja mutlak
diperlukan oleh para guru Agama di sekolah. Seorang guru Agama harus senantiasa
dekat dan akrab dengan permasalahan remaja yang menjadi peserta didiknya agar
mampu menyelami sisi kejiwaan mereka. Dan materi pelajaran agamapun harus
terkesan akrab dan kemunikatif, sehingga otomatis sistem pengajaran yang
cenderung monolog (satu arah), indoktriner, terkesan sangar (karena hanya
membicarakan halal haram) harus dihindari, untuk kemudian diganti dengan sistem
pengajaran yang lebih menitik beratkan pada penghayatan dan kesadaran dari
dalam diri. Hal ini mungkin saja dilakukan baik dengan mengajak peserta didik
bersama-sama mengadakan ritual peribadatan (dalam rangka penghayatan makna
ibadah) atau mengajak peserta didik terjun langsung ke dalam kehidupan
masyarakat kecil sehingga mereka bisa mengamati langsung dan turut merasakan
penderitaan yang dialami masyarakat marginal tersebut (sebagai upaya menanamkan
rasa solidaritas sosial). Jadi intinya mereka tidak hanya mendengar atau
mengetahui saja melainkan turut dilibatkan dalam permasalahan yang terdapat
dalam materi pengajaran agama di sekolah.
Namun
diatas semua itu yang paling penting adalah keterpaduan unsur keluarga,
lingkungan masyarakat, kebijakan pemerintah disamping sekolah dalam rangka
turut menanamkan semangat beragama yang ideal (intrinsik) di
kalangan
para remaja. Karena tanpa kerjasama terkait antar usur-unsur tersebut mustahil
akan tercipta generasi muda (remaja) yang berkualitas.
1 Komentar
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus